Monday, May 23, 2016

Kitab Maraqil 'Ubudiyyah fii Syarh Bidayatul Hidayah

Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah Syarh ‘ala Bidayah al-Hidayah  (مراقي العبودية شرح على بداية الهداية )  merupakan sebuah karya Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi al-Bantani al-Jawi (1314H), seorang tokoh ulama terkenal dari Nusantara yang memenuhi hidupnya dengan aktiviti pengajaran dan penulisan ilmu agama Islam di kota Makkah al-Mukarramah. Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah ini disusun oleh Syaikh Nawawi al-Jawi sebagai huraian (syarah) bagi kitab Bidayah al-Hidayah karya Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali al-Thusi (501H). Kitab ini sangat popular di Nusantara, khusus sebagai teks pengajian fiqh dan tasawwuf di pondok-pondok pasantren.
Kitab ini selesai ditulis pada 13 Zulkaedah 1289H/1872M. Cetakan pertama kitab ini telah diterbitkan dan dicetak di Bulaq pada tahun 1293 H/1875 M. Kitab ini, kemudiannya dicetak ulang di Bulaq pada tahun 1309 H/1891 M, di Mesir pada tahun 1298 H/1880 M dan 1304 H/1886 M, di al-Maimanah pada tahun 1307 H/1889 M, 1309 H/1891 M dan 1327 H/1909 M serta Percetakan al-Azhariyah al-Masriyah, Mesir pada tahun 1308H/1890M. Jika dinilai dari jumlah edisinya yang berbeza-beza ia masih dapat ditemui lagi dalam pasaran hingga sekarang. Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah yang menjadi tatapan saya ketika menyiapkan catatan ringkas ini adalah edisi cetakan ulang yang diterbitkan oleh Mathba’ah Ben Halabi, Patani, Thailand. Berdasarkan edisi ini ketebalan keseluruhannya merangkumi 103 halaman.
Syaikh Nawawi menyatakan dalam muqaddimah kitabnya “ Maka inilah syarh kitab Bidayah al-Hidayah (permulaan petunjuk) yang saya menamakannya sebagai “ Maraqil Ubudiyyah ” dengan harapan, semoga  dengannya akan mendapatkan keberkatan syaikh pengarang (Imam Ghazali) dan doa penuntut ilmu yang bertanya. Kandungan kitab ini bukanlah idea dan pandanganku sendiri, melainkan himpunan beberapa perkataan para ulama’ yang mulia, berdasarkan kefahamanku - yang dikurniakan Allah – terhadap peninggalan para ulama terdahulu ”.[1]
Sebagaimana kitab asalnya Bidayah al-Hidayah, isi kandungan kitab ini dibahagikan kepada tiga bahagian utama, iaitu;
1)     Bahagian pertama membincangkan mengenai amalan-amalan ketaatan yang meliputi beberapa panduan adab iaitu adab bangkit daripada tidur, adab masuk tandas, adab berwuduk, adab mandi, adab bertayammum, adab keluar ke masjid, adab masuk masjid, adab selepas terbit matahari hingga gelincirnya, adab persediaan bagi solat fardu, adab tidur, adab solat, adab imam dan makmum, adab Jumaat dan adab puasa[2].
2)     Bahagian kedua pula membincangkan mengenai panduan menghindari diri dari amalan-amalan maksiat zahir dan batin. Panduan memelihara daripada maksiat zahir, iaitu memelihara mata (pandangan), telinga (pendengaran), lisan (percakapan), perut (pemakanan), kemaluan, tangan dan kaki. Manakala maksiat batin (hati) pula seperti sifat ujub, takbur dan bangga diri.
3)     Bagi melengkapi kitab ini, Syaikh Nawawi al-Jawi meneruskan huraian beliau mengenai “ Adab persahabatan dan pergaulan bersama al-Khaliq (Allah yang Maha Pencipta) dan adab persahabatan dan pergaulan sesama makhluk”, seperti adab sesama muslim, adab dengan guru dan adab dengan ibu bapa.
Dalam menyusun kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah ini, Syaikh Nawawi banyak sekali merujuk kitab “ Ihya ‘Ulumuddin ”  karya Imam al-Ghazali. Namun begitu, beliau juga ada merujuk kitab-kitab lain, khusus mengenai masalah fiqh ketika menghuraikan bahagian ibadat. Ketika menghuraikan kandungan kitab ini, beliau ada menyebutkan nama ulama atau kitab yang menjadi rujukan beliau, antaranya;  al-Ihya’ ‘Ulumiddin, karya Imam al-Ghazali (rujukan utama), al-Nawawi (al-Minhaj, al-Azkar), Syaikhul Islam Abu Yahya Zakaria al-Anshari ( al-Tahrir, Syarh al-Rawdh), al-Ramli al-Shaghir, al-Ramli al-Kabir, al-Syarbini al-Khathib, Ibn Hajar al-Haytami, al-Wana-i, al-Bujairimi, Syaikh ‘Athiyyah al-Ajhuri, al-Mawardi, Ibn al-Naqib, al-Damiri, al-Bulqini, Ibn al-Shalah, al-Halimi, al-Syubramilasi, al-‘Azizi, al-Ziyadi, al-Fakihi, al-Barkawi, Ahmad al-Mihi, Muhammad al-Samanudi, al-Fansyi, al-Hamdani dan lain-lain. Beliau juga ada merujuk kepada kitab-kitab mengenai bahasa Arab seperti al-Qamus, al-Mishbah dan al-Shahhah.
Download Disini 


Semoga Bermanfaat.... !!!

Saturday, April 30, 2016

Kitab Nashoihul 'Ibad

 

Nashoihul 'Ibad berarti nasihat-nasihat bagi para hamba, adalah kitab karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Nawawi Albantani rahimahullah (ra). Kitab ini berisikan hadis Nabi shollallahu 'alaihi wasallam (saw), ucapan para sahabat rodiallahu 'anhum (ra), dan ucapan para ulama dan solihin.

Dalam mukadimahnya, Syekh Nawawi ra menyebutkan bahwa kitab ini adalah sebuah syarah (penjelas) yang disiapkan beliau untuk menjelaskan sebuah kitab yang berisi berbagai nasihat, karangan Al-Allamah Al-Hafizh Syekh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Ast-Syafii, seorang ulama termasyhur dengan gelar Ibnu Hajar Al-Asqolani, kemudian Al-Mishri.

Kitab ini sangat masyhur (terkenal) di Indonesia karena hampir diajarkan ditiap-tiap pondok pesantren dan madrasah. Namun mungkin masih banyak di kalangan umum yang belum mengetahui isi kitab ini.

Download disini


Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua di dunia dan akhirat, amiin...





Friday, April 29, 2016

Kitab Bulugh Al-Maram Min Adillat Al-Ahkam




Kitab Bulughul Maram atau Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam, disusun oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H). Kitab ini merupakan kitab hadits tematik yang memuat hadits-hadits yang dijadikan sumber pengambilan hukum fikih (istinbath) oleh para ahli fikih. Kitab ini menjadi rujukan utama khususnya bagi fikih dari Mazhab Syafi'i.


Kitab Bulughul Maram memuat hampir 1600 buah hadits. Di setiap akhir hadits yang dimuat dalam Bulughul Maram, Ibnu Hajar menyebutkan siapa perawi hadits asalnya. Bulughul Maram memasukkan hadits-hadits yang berasal dari sumber-sumber utama seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad dan selainnya.
Kitab Bulughul Maram memiliki keutamaan yang istimewa karena seluruh hadits yang termuat di dalamnya kemudian menjadi pondasi landasan fikih dalam mazhab Syafi'i. Selain menyebutkan asal muasal hadits-hadits yang termuat di dalamnya, penyusun juga memasukkan perbandingan antara beberapa riwayat hadits lainnya yang datang dari jalur yang lain. Karena keistimewaannya ini, Bulughul Maram hingga kini tetap menjadi kitab rujukan hadits yang dipakai secara luas tanpa mempedulikan mazhab fikihnya.


Kitab Riyadhusshalihin

  

Kitab Riyadus Shalihinadalah sebuah kitab yang sangat masyhur dalam dunia Islam. Kitab ini telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun bagi para ulama, pelajar dan penuntut ilmu agama di belahan dunia. Di Indonesia sendiri kitab Riyadus Shalihin ini merupakan salah satu ‘kitab wajib’ bagi seluruh pesantren.

Pengarang kitab Riyadus Shalihin adalah Al Imam Al ‘Alamah al Muhaddits, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i, beliau dikenal sebagai ulama paling ‘alim pada zamannya, zuhud dan wara’, serta kuat beramal sholeh. Dilahirkan di sebuah desa bernama Nawa dekat Damsyik, Suriah pada tahun 631 H. Beliau mulai menuntut ilmu di sebuah sekolah agama milik Habbatullah bin Muhammad Al Anshori yang terkenal dengan sebutan Ibnu Rawahah. Madrasah itu bernama Madrasah Ar Rawahiyyah. Imam Nawawi belajar di Madrasah ini mulai tahun 649 H, saat berusia delapan belas tahun, kemudian melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Darul hadits di Madrasah Usruniah. Beliau wafat di desanya sendiri yaitu desa Nawa, Damsyik, Suriah, pada tahun 676 H pada usia 45 tahun. Meskipun beliau belum sempat menikah seumur hidupnya, namun sebagai penghormatan, kaum muslimin tetap menggelarinya ‘Abu Zakaria’, yang menggambarkan seolah-olah beliau pernah memiliki seorang putra.


Riyadus Shalihin yang diartikan sebagai pelatihan orang-orang shalih, dibahas menjadi 19 kitab yang terbagi atas 372 Bab dan menyertakan sebanyak 1900 hadis. Dalam metode penulisannya, Imam Nawawi mengemukakan ayat-ayat Qur’an sebagai dalil utama untuk menguatkan dalil penyokong atas kitab yang akan dibahas, kemudian baru menyertakan dalil-dalil hadis sebagai penjabaran atas bab-bab yang dibahas tersebut.

Di dalam mukaddimah kitabnya, Imam Nawawi mengatakan bahwa kitabnya itu mengandung hadis-hadis yang beliau kutip dari Kutubussittah (enam kitab utama), yaitu kitab hadis yang paling utama dalam Islam. Dan secara tegas dikatakan bahwa beliau hanya mengutip hadis-hadis yang shahih dari kitab-kitab yang masyhur itu. Dengan demikian tidak akan ada satu hadis dho’if pun yang dimasukkan ke dalam kitab ini. Dalam hal ini, para ulama se-dunia selama ratusan tahun sudah membuktikan kebenaran ucapan Imam Nawawi itu. Selanjutnya, dalam perjalanan sejarah, kitab Riyadus Shalihin terbukti telah berhasil membantu para ulama untuk membentuk murid-murid mereka di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah, atau pada majelis-majelis ta’lim di masjid-masjid di seluruh Indonesia.